Jawa Pos Minggu, 15 Juli 2007,
Kunci Kesembuhan Tetap pada Pasien

APA sebenarnya hipnosis? Bagaimana cara melakukannya? Mungkin, bagi beberapa hipnoterapis, hal tersebut rahasia. Tapi, sebagian di antara mereka juga tidak segan-segan “membuka” sedikit rahasia tentang teknik hipnosis yang dijadikan terapi demi kepentingan bersama.

Romy Rafael, salah seorang pakar hipnosis, membeberkan garis besar hipnosis yang biasa dia lakukan. Kuncinya, merilekskan pasien. Dalam kondisi rileks, akan sangat mudah memasukkan sugesti. “Namun, sugestinya positif dan tidak bermaksud sebagai hiburan semata,” katanya ketika memberikan penjelasan tentang hipnosis di Surabaya beberapa waktu lalu.

Nah, beberapa saat kemudian, pasien yang sudah disugesti itu dibangunkan. Saat itulah sugesti positif mulai bekerja dan memenuhi otak serta tubuh. “Sugesti positif tersebut membawa aura positif pula, sehingga bisa tenang mengambil keputusan atau presentasi,” ujarnya.

Caranya, menerapi alam bawah sadar dengan kata-kata positif. Yakni, mengubah kata-kata jangan, dilarang, tidak, dan lainnya yang bersifat negatif dengan kata-kata positif. Ucapan negatif, kata Romy, secara tidak langsung akan membawa realitas kita seperti yang kita ungkapkan. Misalnya, perkataan “saya gagal memenuhi tugas”. Perkataan tersebut membuat alam bawah sadar dan tubuh dengan sendiri mengikuti serta melaksanakan ucapan itu, sehingga menjadi kenyataan. “Dalam realitas, dia gagal betulan,” jelasnya.

Bila tahap tersebut terlampaui, tinggal mengarah ke tahap hipnosis. Sebelumnya, pasien dilatih meditasi dengan duduk tenang dan rileks. Lalu, memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif. Atau, mengucap kata-kata positif seperti yang dimaksud agar terbawa hingga ke alam bawah sadar.

Menurut Romy, pada tahap tersebut, alam bawah sadar bergerak di kisaran 4-7,9 Hz atau disebut theta. “Setelah tahap itu, kita tinggal menggiring ke tahap delta bahwa alam bawah sadar bergerak di 0,1-3,9 Hz. Saat itulah seperti tidur lelap tanpa berpikiran apa-apa,” ungkapnya. Sugesti positif pun dimasukkan berulang-ulang.

Yus Santos, salah seorang hipnoterapis Surabaya, juga membeberkan beberapa langkah untuk melakukan terapi. Namun, sebelumnya, dia selalu mengingatkan bahwa dirinya tidak pernah mau menyebut pasien terhadap orang yang dia terapi. Yus lebih suka memanggil mereka klien. “Kalau pasien, berarti mereka harus saya kasih resep,” katanya.

Langkah pertama yang menurut dia standar adalah menginduksi klien. Langkah tersebut pada dasarnya membawa pikiran sadar seseorang menuju alam bawah sadar. Itu pun masih dibagi menjadi dua cara. Direct (langsung) dan indirect (tak langsung). Setelah kendali manusia berada di pikiran bawah sadar, langkah lebih dalam mulai diterapkan.

Setelah alam bawah sadar menguasai pikiran sadar, Yus mulai melakukan hipnoanalisis. Dari situ, sang terapis bisa menelusuri sebab “penyakit” yang diderita. “Terapis menuntun klien ke masa lalu dengan sebutan regresi umur. Memori masa lalu dalam alam bawah sadar jauh lebih kuat daripada pikiran sadar,” jelasnya.

Pendalaman akan dilakukan untuk memberikan sugesti baru dan terapi kepribadian. Pada langkah tersebut, tak jarang para hipnoterapis menemukan hal-hal baru yang tidak pernah diungkapkan klien. Bisa jadi sebuah potensi diri atau hal-hal negatif.

Menurut dia, hal tersebut berkaitan dengan masalah yang diungkapkan klien. Tak jarang, dirinya menyambungkan hal yang baru diketahui dengan masalah yang diderita klien.

Dengan mengetahui sisi positif dan negatif klien, sugesti lama diganti sugesti baru dengan cara didoktrin melalui alam bawah sadar. Setelah sadar, doktrin itu akan terus menancap dan “penyakit” mulai dilupakan.

Manfaat hipnoterapi untuk penyembuhan penyakit juga sering dilakukan dr Tuti Herwini SpKJ, psikiater RSAL dr Ramelan. Beberapa kasus yang kerap dia tangani, antara lain, homoseksual, kecanduan narkoba, berbagai macam fobia, hingga cemas berkepanjangan.

Jika melakukan terapi, Win, panggilan akrab Tuti Herwini, tak mau sembarangan. Dia menerapkan hipnoterapi ilmiah sesuai keilmuan yang dimiliki. Karena itu, ketika datang kali pertama, pasien harus menjalani tes psikologi. Namanya Minnessota Multiphasic Personality Inventory. Jumlah pertanyaannya 567 soal. Semua pertanyaan tersebut harus dijawab pasien.

“Tujuannya, mengetahui pasti permasalahan yang dialami pasien, ketakutan atau kecemasan yang mendera. Hingga, tingkat kebohongan yang dilakukan serta siap melakukan terapi,” ujarnya.

Setelah tes selesai, Win membuat semacam perjanjian kontrak dengan pasien. Klausul dalam kontrak tersebut berisi keinginan dan harapan pasien ketika menjalani hipnoterapi. Serta, tindakan yang dilakukan dokter selama melakukan hipnoterapi.

“Kalau keluarga mau menunggui, nggak apa-apa. Asalkan, jangan menganggu proses terapi,” katanya.

Awal terapi memang butuh waktu pemeriksaan yang cukup lama. Tapi, konsultasi berikutnya akan berjalan cepat. Waktunya hanya 30 menit.

Dia mematok 10 kali pertemuan untuk mengatasi permasalahan dan penyakit yang diderita pasien. Jika memang pasien membutuhkan obat, misalnya mengurangi rasa cemas, Win akan memberikan. “Obat itu kan hanya sementara. Jika kondisi pasien membaik dan sembuh, obat-obat tersebut tak lagi dibutuhkan,” tegasnya.

Namun, dia menyatakan, kesembuhan tidak semata berasal dari dokter, tapi juga niat serta iktikad baik pasien untuk sembuh. “Percuma saja, saya sudah berusaha, namun pasien tak mau disembuhkan,” katanya. (ode/ai/ara/rth)

http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=294494