Satu hal yang sering tidak pernah saya lewatkan adalah ketika memberikan in house training selalu mendapat todongan untuk melakukan terapi. Awalnya saat ditodong seringkali merupakan dilema tersendiri bagi saya. Self talk yang muncul di hati saya, ‘wah gak tepat ini memberikan terapi di sini. Pertama karena saat in house memang bukan setting terapi sebagaimana di klinik, Yang kedua kita tidak punya banyak waktu untuk melakukan anamnesa maupun prosedur terapi sebagaimana dilakukan di klinik atau center terapi saya’.
Dan saya putuskan untuk kasus – kasus berat memang saya menolak melakukan terapi di dalam training. Dan saya menyarankan orang tersebut membuat janji untuk terapi di klinik.
Dilain pihak ada suara lain dalam self talk saya ‘dengan melakukan terapi kilat on the spot, hadirin tidak hanya terkesima lebih dari itu akan terbantu dan mendapatkan dirinya bebas dari masalah dan terbantu’. Rupanya self talk saya yang terakhir ini yang saya menangkan. Sejak saat itu saya memutuskan dalam in house training yang saya bawakan, selalu ada sesi yang mengandung satu atau dua macam terapi kilat berbasiskan NLP. Baik terapi kilat individual atau kelompok. Saya tidak tahu apakah Anda ingin tahu bagaimana saya melakukannya ? atau justru Anda ingin mendapatkankan tip – tip singkat bagaimana melakukan terapi super cepat dalam in house training. Jika Anda ingin tahu atau mau mempraktekannya Anda bisa menyelesaikan membaca artikel ini.
Ternyata memberikan terapi on the spot saat training juga dilakukan oleh para trainer terkenal. Karena melakukan terapi terapi kilat di dalam training atau seminar juga memberikan efek yang sangat powerfull menjadikan training semakin panas. Hal ini juga dilakukan the best trainer in the world. Saat saya mengikuti training Unleash the power within di Singapore, saya menyaksikan bagaimana Anthony Robbin melakukan terapi on the spot terhadap salah satu peserta dari Jepang. Ribuan orang yang menyaksikan seolah tersihir menjadi sangat tenang bahkan lebih hening dibandingkan kuburan di malam hari. Hal ini tidak saja menjadikan hadirin terkesima plus penasaran bagaimana Anthony Robbin menggunakan teknik metamodel dalam menggali deep structure remaja Jepang itu. Betapa piawainya ia membawa dari state yang satu ke yang lain, sambil sesekali melakukan covert suggestion dikombinasikan dengan shock command. Dan hasilnya bisa ditebak, dengan tidak lebih dari 10 menit dapat menyelesaikan trauma berat seorang remaja Jepang itu. Padahal ia sudah bertahun – tahun dirawat psikiater dan traumanya tak kunjung sembuh. Dengan jurus – jurus NLP yang dimodifikasi menjadi NAC Anthony Robbin membereskan trauma kronis plus mendemokan terapi – terapi super kilat bagi beberapa peserta dari berbagai negara dalam trainingnya.
Anda mungkin bertanya – tanya bagaimana bisa dengan cepat membangun rapport lalu mengetahui simptom dan tepatnya memilih teknik yang tepat dalam waktu singkat. Bukankah empat pilar NLP yang berisi Outcome, Sensory Acuity, Rapport dan Fleksibilitas harus selalu menjadi nafas ketika seorang practitioner NLP melakukan terapi. Ya pertanyaan itu memang betul.
Anda mungkin juga sudah mempunyai jawaban yang lebih baik. Artikel ini bertujuan mensharingkan map yang sudah sering saya lakukan dalam melakukan terapi kilat on the spot. Dan tahukah Anda ternyata keefektifan melakukan terapi on the spot sangat tinggi.
Karena saat awal dan membuka training, tentu trainer sudah membangun rapport kepada seluruh peserta. Dan manakala Trainer sudah didapat konektivitas ke peserta menjadikan peserta bisa sangat trust kepada trainer. Alasan lain , saat anda ada pada state trainer menjadikan anda lebih dominan dari peserta training. Dalam hypnosis dikenal sebagai law of dominance effect. Apalagi jika trainer sudah mendapat endorsement tentu sangat menguatkan effect ini.
Kasus – kasus yang banyak saya putuskan untuk saya terapi adalah phobia, trauma, stress, tidak percaya diri public speaking, takut terhadap obyek tertentu, sering pusing, penyakit maag, craving suka ngemil, quit smoking, ketagihan makanan tertentu, mental block dan masih banyak lagi.
Phobia diselesaikan bukan dengan teknik Fast Phobia Cure
Para praktisi NLP tentu sudah tahu kalau menangani phobia pilihannya nya adalah teknik Fast Phobia cure yang dikenal dengan double dissociation. Bahkan Anthony Robbin ketika awal belajar NLP juga mempraktekan teknik ini, dan menantang para psikolog untuk beradu cepat menyembuhkan phobia. Dengan teknik ini praktisi NLP bisa malang melintang menyelesaikan kasus kasus phobia. Dalam hati saya bertanya – tanya bisa jadi Anda juga pingin tahu adakah teknik lain dalam NLP guna menyelesaikan phobia ?
Beginilah pengalaman saya saat saya memberikan in house training di satu perusahaan komputer di Surabaya, dalam suatu sesi tentang mengatasi ketakukan.
Salah satu peserta mengangkat tangan dan bertanya “saya takut banget terhadap ulat bulu bisakah disembuhkan? sudah sejak kecil selalu dihantui ulat bulu”. Oke silahkan maju ke depan sambil cengar – cengir ketakukan.
Langsung saja saya tanyakan padanya “apa outcome yang Anda inginkan”,
dia menjawab dengan singkat “saya ingin sembuh tidak takut ulat lagi, karena membayangkan atau lihat gambar ulat saja sudah takut bukan kepalang”.
Dari percakapan singkat ini bisa diartikan bahwa langkah pertama dari empat pilar NLP menentukan outcome sudah ditancapkan.
Kedua, ‘oke mbak boleh buka mata atau tutup mata lihat tangan saya dan bayangkan ada ulat bulu, dua meter dari mbak’, langsung dia berubah ekspresi dan berteriak sambil menutup wajahnya (sensori acuity kita harus peka untuk mengamati perubahan wajah mimik dan state ketika ada trigger phobia, bisa disebut sebagai pilar kedua) ya berarti dia benar benar phobia dan sangat ketakutan pada.
Kemudian saya mainkan submodalitas menjauh-mendekat. Jauh dekat ternyata merupakan drivernya. Lalu saya gunakan teknik reframing yang kontennya ulat yang saya beri pita pink, saya beri kacamata dan ulat bisa bicara lucu. Kemudian saya mainkan drivernya yaitu didekatkan.
Dan sebelum didekatkan saya beri perintah, “Anda harus berdiri sambil tertawa terbahak bahak” (saya pindahkan statenya dari takut menjadi tertawa) Lalu ulat didekatkan sampai seolah olah dia memegangnya sambil tetap tertawa.
“Apakah Anda masih takut dengan ulat” dia jawab “tidak pak, karena ulat itu lucu”. Aha! kemudian saya lakukan cek apakah dia sudah bisa mengatasi phobianya apa belum. “Sekarang mbak bayangkan ulat yang di waktu lalu membuat Anda takut ! apakah masih menakutkan ?”, Dia jawab ‘tidak’ dan wajah masih menyisakan senyum, ‘lha kapanpun anda melihat ulat anda bisa memilih senyum atau tertawa maka semuanya akan oke’.
Terapi ini mengalir cepat dan hanya butuh waktu 3 menit aja. Tiga hari kemudian saya mendapat SMS menceritakan bahwa peserta tersebut sudah berani memegang ulat bulu.
Tip atau langkah langkah teknik mengatasi phobia di atas :
Bawa 4 pilar NLP (Bangun Rapport dengan cepat. tentukan Outcome
Peka terhadap perubahan state/Sensory Aquity dan Fleksibilitas ganti cara kalau belum berhasil) lalu lakukan future pacing
Langkah langkahnya :
-
Cek Phobianya apakah betul phobia atau tidak, dengan membayangkan triggernya
-
Cari driver submodalitas yang mempengaruhi
-
Ubah submodalitasnya
-
Lakukan Reframe terhadap trigernya
-
Ubah state yang resourcefull misal state tertawa
-
Cek apakah state itu adekuat untuk mengatasi problemnya jika belum tambahkan kekuatan state bisa dengan mengambil state lain.
-
Cek apakah triggernya masih bekerja atau melemah
-
Lakukan future pacing jika belum berhasil ulangi dengan mengubah langkahnya atau cari cara lain.