Minggu, 15 Juli 2007,
Menembus Alam Bawah Sadar


Tren Terapi lewat Hipnotis
AKSI hipnosis belakangan sering muncul di beberapa stasiun televisi. Sebagian besar tayangan itu bersifat komedi, menampilkan ahli hipnosis yang sedang “mengerjai” orang. Misalnya, “menidurkan” seseorang melalui teknik hipnosis, lalu orang tersebut diminta melakukan apa saja untuk mengundang tawa.

Tampaknya memang lucu. Namun, ternyata banyak juga orang yang takut ketika disuruh menjadi “korban” hipnosis. Sebab, bagi sebagian orang, mendengar kata hipnosis, bayangan aneh-aneh muncul. Mulai takut dikerjai, dicelakai, atau bahkan dibohongi.

Salah seorang ahli hipnosis di Surabaya, Yus Santos, tidak mengelak bahwa hipnosis ditakuti sebagian masyarakat. Apalagi, banyak yang menganggap hipnosis setara dengan gendam. Sekali sentuh, pikiran melayang dan dompet hilang. “Nggak ada yang namanya gendam. Kalau bisa begitu, saya mending nggendam daripada menjadi hipnoterapis,” ujarnya bergurau.

Memang, menurut sebagian orang, gendam tidak berbeda jauh dari hipnosis. Membuat pikiran sadar berganti menjadi pikiran bawah sadar. Menurut Yus, gendam adalah sebutan penjahat yang memanfaatkan sisi tamak manusia. Sebelum digendam, manusia diiming-imingi hal yang cukup membuat pikiran tak sempat menganalisis.

Dia menyatakan, manusia dibohongi dengan cara diiming-imingi, kemudian disebut gendam. Sama halnya dengan nonton film. Contohnya, orang yang terlalu serius mengikuti alur cerita hingga menangis.

“Sebab, mereka tidak sempat menganalisis bahwa adegan itu hanyalah film. Alam bawah sadar yang mengontrol itu semua. Sama halnya dengan orang yang diiming-imingi, kena tipu, lantas malu dengan mengatakan kena gendam,” katanya.

Tugas hipnoterapis, kata Yus, adalah mengingatkan masyarakat soal hipnosis. Banyak yang salah kaprah, menyebut hipnosis sebagai hipnotis. Memang, itu tidak sepenuhnya salah. Hipnotis diambil dari hipnoterapis yang disingkat. Proses membalikkan manusia ke alam bawah sadar seharusnya disebut hipnosis.

Di luar kerangka tayangan televisi, hipnosis sebenarnya sama sekali tidak perlu ditakuti. Justru dengan mengaktifkan pikiran bawah sadar, manfaat yang diperoleh cukup banyak. Salah satunya, menyembuhkan berbagai penyakit, gangguan psikis, hingga menemukan potensi diri.

Pakar hipnoterapi Romy Rafael ketika berpresentasi ilmu hipnoterapi di Surabaya beberapa waktu lalu mengungkapkan, hipnosis bisa diilmiahkan. Dia lalu mencontohkan, manusia akan terjaga ketika mendengar pintu dibuka, meski sebelumnya tidur sangat pulas. Begitu pula dengan manusia yang mengalami koma. Di telinga mereka selalu diperdengarkan doa-doa atau dipasang walkman agar bisa mendengarkan lagu kesayangannya.

Semua gejala natural itulah yang dimanfaatkan untuk hipnoterapi. “Kita tidur delapan jam tiap hari. Berarti 2.400 jam tiap tahun terbuang percuma. Padahal, waktu tersebut bisa digunakan maksimal,” tegasnya.

Jadi, hipnoterapi itu murni pengobatan alternatif, bukan mainan atau magic. Sebagian orang memang sudah mengetahui hal itu. Meski tak banyak, ahli terapi hipnosis mulai bermunculan. Mereka sebenarnya sangat dibutuhkan dalam masyarakat kita sekarang. Masyarakat pun sadar bahwa teknik hipnosis bisa dijadikan sebuah rangkaian terapi. “Itu adalah seni komunikasi bawah sadar,” jelas Romy.

Hal itulah yang membuat pakar hipnosis mulai menggeluti bisnis dengan kemampuan mereka. Beberapa di antaranya mulai belajar teknik hipnosis sebagai terapi, bukan lagi sebagai trik komedi.

Salah satu kegunaannya adalah mengetahui potensi diri. Misalnya, berbisnis. Kemampuan bernegosiasi dan mengambil keputusan dalam waktu dan kondisi yang tepat merupakan kunci keberhasilan berbisnis.

Kemampuan tersebut semakin terasah bila diikuti pengendalian diri dan berpikir positif. Dengan begitu, pebisnis mampu berpikir jernih dan bisa mengambil keputusan dengan tepat dalam bernegosiasi dengan klien. Hipnoterapi khusus untuk bisnis itu juga kerap dilakukan Romy.

Selebriti yang sering menggunakan busana hitam-hitam tersebut menyatakan, kemampuan hipnosis dalam berbisnis tidak untuk memperdayai lawan atau klien. Bukan juga magic yang bersifat menipu. Justru, hipnosis bisa diilmiahkan untuk tujuan-tujuan yang baik. Yakni, menggali lebih jauh kepribadian yang terpendam dalam diri seseorang.

“Sering kita tak menyadari bahwa dalam diri terdapat kemampuan potensial yang belum tergali. Dengan hipnoterapi, kemampuan potensial tersebut bisa digali dan dimanfaatkan maksimal,” jelasnya.

Selain memunculkan potensi diri, hipnoterapi bisa digunakan sebagai penangkal fobia. Sering manusia “mengidap” fobia, mengalami rasa takut berlebihan. Parahnya, jika sudah mencapai klimaks fobia, rasa takut itu akan menjadi bumerang dan justru merugikan diri sendiri.

Misalnya, fobia durian atau kulit kacang. Tampaknya menggelikan dan tidak mungkin terjadi. Tapi, menurut para hipnoterapis, penyakit itu sangat banyak dijumpai. “Dengan hipnoterapi, ketakutan yang berlebih bisa dihilangkan. Kami memberikan sugesti baru dalam alam bawah sadar dengan melalui berbagai proses,” jelas Yus Santos.

Kecanduan rokok pun bisa disembuhkan dengan hipnoterapi. Menurut Soni Herlambang, pakar hipnosis yang lain, tiap bulan, rata-rata dirinya menangani 10-15 pasien baru. Di antara jumlah penderita tersebut, kebanyakan adalah kalangan remaja-dewasa dengan kisaran usia 18-50 tahun. “Paling banyak laki-laki dengan keluhan ingin berhenti merokok,” ungkapnya.

Namun, dia tak menampik, ada pula remaja-remaja perempuan yang sering berobat karena fobia. “Fobianya macam-macam. Mulai hal sepele seperti bunga atau binatang hingga fobia ketinggian atau berada di lokasi yang terlalu rendah,” ujar pria 35 tahun tersebut.

Dr Tuti Herwini SpKJ, salah seorang psikiater di Surabaya, menegaskan, hipnoterapi adalah proses penanaman sugesti yang berguna memotivasi pasien. “Motivasi tersebut berupa nasihat positif,” katanya.

Caranya, pasien mengisi tes minesota multiphasec personality index (MMPI). Setelah itu, pasien diminta rileks, tenang, dan santai. Saat kondisi rileks, baru Win memberikan semacam sugesti berupa nasihat positif. “Terapi itu sangat ilmiah dan tidak ada unsur penipuan seperti gendam serta segala macamnya tersebut,” tegasnya.

Sejak Januari lalu, dia menangani 150 pasien. Kisaran usianya 20 hingga 30 tahun. Kebanyakan keluhan yang disampaikan adalah cemas dan depresi. Hal tersebut disebabkan masalah pekerjaan dan sekolah. “Kalau remaja, penyebab kecemasan adalah masalah sekolah. Kalangan dewasa justru depresi karena pekerjaan. Bisa karena terlalu stres di pekerjaan atau bekerja dalam tekanan,” ungkapnya.

Namun, tidak berarti tak ada pasien dengan usia di bawah atau di atas usia tersebut yang datang berobat. Ada pula pasien berusia 9 tahun. Biasanya, pasien dengan usia tersebut ingin meningkatkan motivasi belajar, menyembuhkan kebiasaan mengompol, atau fobia gelap. “Pasien tertua berusia 66 tahun. Keluhannya berupa kebingungan,” kata ibu tiga anak tersebut. Kebingungan yang dimaksud adalah gejala linglung dan terlalu cemas.

Untuk mendapatkan hasil maksimal, terapi minimal dilakukan 10 kali. Jika kasusnya berupa narkoba, terapi biasanya dilakukan hingga 30 kali. Sekali terapi, harganya sekitar Rp 250 ribu. Waktu terapi sekitar 45 menit. Waktu tersebut sudah termasuk konsultasi. “Tiap hari, saya menangani 5-6 pasien,” jelasnya.

Meski demikian, hipnoterapi tidak serta-merta sukses karena sang terapis. Biasanya, klien juga menentukan dalam proses kesembuhan. Hal itu bergantung tingkat parah tidaknya klien. Sebab, kunci kesembuhan sebenarnya ada pada klien, hipnoterapis hanya menjadi fasilitator. (ode/ai/rth/ara)